Sungguh indah dan nyaman perasaan apabila mendapat kasih sayang daripada Tuhan yang sentiasa menyediakan segala keperluan kita, meluaskan keampunan dan rahmat-Nya kepada kita. Kemuncak daripada perjalanan kehambaan ini adalah apabila dijemput untuk menziarahi Allah di syurga kelak. Digambarkan oleh ‘ulama; apabila mendapat jemputan tersebut, hati terasa begitu berdebar bagaikan hendak tercabut jantung.
Berkata Syeikh Ahmad bin Abi al-Huwara di dalam kitab Zuhud: Aku telah mendengar sebahagian daripada sahabat kami, kalau tidak salah dia ialah Abu Sulaiman ad-Darani rhadhiyallahu ‘anhu berkata:

Sesungguhnya bagi iblis itu ada seorang syaitan yang bertugas untuk merosakkan amalan seorang ahli ‘ibadat yang mungkin mengambil masa 20 tahun lamanya. Tugasnya adalah menggoda ahli itu sehingga ia bercerita kepada orang lain yang ia melakukan sesuatu amalan dalam rahsianya. Maka syaitan ini akan merasa puas hati kalau boleh ia menjadikan pahala ahli ‘ibadat itu menurun daripada tingkatan sirr (rahsia) kepada tingkatan jahr (nyata).

Tuesday, 25 September 2012

Fatwa Hati


Kebaikan selalu menentramkan jiwa dan kejelekan selalu menggelisahkan jiwa. Itulah realita yang ada pada umumnya manusia.


Dari cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al Hasan bin ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkanlah yang meragukanmu dan beralihlah pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.[1]


Dalam lafazh lain disebutkan,
فَإِنَّ الخَيْرَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَإِنَّ الشَّرَّ رِيْبَةٌ
Kebaikan selalu mendatangkan ketenangan, sedangkan kejelekan selalu mendatangkan kegelisahan.[2]


Dalam hadits lainnya, dari Nawas bin Sam’an, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.[3]


An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Dosa selalu menggelisahkan dan tidak menenangkan bagi jiwa. Di hati pun akan tampak tidak tenang dan selalu khawatir akan dosa.”[4]


Sampai-sampai jika seseorang dalam keadaan bingung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan menanyakan pada hatinya, apakah perbuatan tersebut termasuk dosa ataukah tidak. Ini terjadi tatkala hati dalam keadaan gundah gulana dan belum menemukan bagaimanakah hukum suatu masalah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehatkan pada Wabishoh,

اسْتَفْتِ نَفْسَكَ ، اسْتَفْتِ قَلْبَكَ يَا وَابِصَةُ – ثَلاَثاً – الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

Mintalah fatwa pada jiwamu. Mintalah fatwa pada hatimu (beliau mengatakannya sampai tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan kejelekan (dosa) selalu menggelisahkan jiwa dan menggoncangkan hati.[5]


Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menjelaskan, “Hadits Wabishoh dan yang semakna dengannya menunjukkan agar kita selalu merujuk pada hati ketika ada sesuatu yang merasa ragu. Jika jiwa dan hati begitu tenang, itu adalah suatu kebaikan dan halal. Namun jika hati dalam keadaan gelisah, maka itu berarti termasuk suatu dosa atau keharaman.”[6] Ingatlah bahwasanya hadits Wabishoh dimaksudkan untuk perbuatan yang belum jelas halal atau haram, termasuk dosa ataukah bukan. Sedangkan jika sesuatu sudah jelas halal dan haramnya, maka tidak perlu lagi merujuk pada hati.


Demikianlah yang namanya dosa, selalu menggelisahkan jiwa, membuat hidup tidak tenang. Jika seseorang mencuri, menipu, berbuat kecurangan, korupsi, melakukan dosa besar bahkan melakukan suatu kesyirikan, jiwanya sungguh sulit untuk tenang.


Lantas bagaimana jika ada yang melakukan dosa malah hatinya begitu tentram-tentram saja? 


Jawabannya, bukan perbuatan dosa atau maksiat dibenarkan. Yang benar adalah itulah keadaan hati yang penuh kekotoran, yang telah tertutupi dengan noda hitam karena tidak kunjung berhenti dari maksiat. Allah Ta’ala berfirman,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14). Jika hati terus tertutupi karena maksiat, maka sungguh sulit mendapatkan petunjuk dan melakukan kebaikan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”[7]


اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot, wa tarkal munkaroot. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran.[8]

Diselesaikan di siang hari di Panggang-Gunung Kidul, 15 Syawal 1431 H (23/09/2010)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com


Wahai anak, tidurlah di bawah aliran takdir, berbantal dengan kesabaran, setujuilah takdir, dan beribadah dengan menunggu kelapangan."
 ~Sheikh Abdul Qadir Jailani~

Sunday, 23 September 2012

Panduan melayari hidup yang penuh maksiat di zaman fitnah



Setiap manusia pernah berbuat dosa dan kesalahan, baik besar ataupun kecil. Rasulullah bersabda,“Setiap anak Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah, no, 4251)


Bahkan para Nabi pun tidak luput dari kesalahan, dan mereka bertaubat kepada-Nya. Seperti nabi Adam pernah melanggar perintah Allah dengan mendekati pohon larangan, kemudian beliau bertaubat dan berdoa kepada Allah, artinya,“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raf: 23)


Pada zaman ini, sarana kemaksiatan semakin banyak, orang semakin sulit menghindari racun yang ditimbulkan oleh kemaksiatan tersebut. Walaupun demikian ada beberapa kiat agar terhindar dari kemaksiatan, yaitu;

1. Menganggap Besar Dosa
Orang yang beriman dan bertakwa selalu menganggap besar dosa-dosa, meskipun dosa yang dilakukan tergolong dosa kecil. Mereka merasa terbebani dengan dosa tersebut dan menganggap besar kekurangan dirinya di sisi Allah.

Ibnu Mas’ud berkata, “Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sedangkan orang yang fajir (suka berbuat dosa) melihat dosanya seperti lalat yang lewat di depan hidungnya.”

Bilal bin Sa’d mengatakan, “Jangan kamu melihat pada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa kamu bermaksiat.”

2. Jangan Meremehkan
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh dosa, maka ia dapat membinasakannya.”(HR. Ahmad dengan sanad hasan)

3. Jangan Mujaharah
Mujaharah adalah melakukan kemaksiatan, dan menceritakan kemaksiatan tersebut kepada manusia. Pelaku maksiat yang mujaharah lebih besar dosanya daripada yang melakukan dosa tanpa mujaharah. Rasulullah bersabda,

“Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang terang-terangan dalam bermaksiat). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian.’ Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

4. Taubat Nasuha
Allah berfirman, artinya, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. an-Nur: 31)

Rasulullah bersabda, “Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, ‘Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat bergembira.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

5. Mengulangi Taubat
Rasulullah bersabda, “Seorang hamba melakukan dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa lagi, maka ampunilah!’. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa kembali, maka ampunilah dosaku!’.Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Tiga kali; maka lakukanlah apa yang ia suka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ali bin Abi Thalib berkata, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai kapan?’ Dia menjawab, ‘Sampai setan berputus asa.”’

6. Senantiasa Beristighfar
Saat-saat beristighfar:
Ketika melakukan dosa
Setelah melakukan ketaatan
Dalam dzikir-dzikir rutin harian
Beristighfar setiap saat
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sesuatu benar-benar menutupi hatiku, dan sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dalam sehari 100 kali.” (HR. Muslim, No. 2702)

7. Melakukan Kebajikan Setelah Keburukan
Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)

8. Memurnikan Tauhid
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Ketika Rasulullah dalam perjalanan pada malam yang berakhir di Sidratul Muntaha, beliau diberi tiga perkara: diberi shalat lima waktu, penutup surat al-Baqarah, dan diampuninya dosa orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dari umatnya.” (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.’” (HR. Muslim dan Ahmad)

9. Bergaul Dengan Orang-Orang Shalih
Manfaat bergaul dengan orang shalih:
a.Bersahabat dengan orang-orang baik adalah amal shalih
b.Mencintai orang-orang shalih menyebabkan seseorang bersama mereka di Surga, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal
Manusia itu terdiri dari 3 golongan, yaitu,
- Golongan yang membawa dirinya dengan takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.
- Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharap suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.
- Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.
c. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik.
d. Jika berpisah dengan orang-orang yang baik, maka biasanya akan berteman dengan orang yang buruk dan pelaku maksiat.

10. Jangan Mencela Perbuatan Dosa Orang Lain
Rasulullah menceritakan kepada para shahabat bahwa seseorang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Allah berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” (HR. Muslim).

[Sumber: “Sabiilun Najah min Syu’umil Ma’shiyyah,” karangan Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy, edisi Indonesia: “13 Penawar Racun kemaksiatan,” Darul Haq, Jakarta.].


Wahai anak, tidurlah di bawah aliran takdir, berbantal dengan kesabaran, setujuilah takdir, dan beribadah dengan menunggu kelapangan." 
~Sheikh Abdul Qadir Jailani~

Dunia...tiada siapa yang faham..


Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Tertarik dan terus mendengar. Teman Pengganti. Dan aku hanya menghayatai bait liriknya. Dunia....


"Aku terasa susah nak teruskan perjalanan di dunia ni."


Diam. Dan akhirnya menyambung. "Tapi aku kene sabar, kan? Kene teruskan juga, kan?" Mata melihat ke hadapan dan tangan sebelah setia di stereng kereta. Sebelah lagi menguatkan volume dan mendengar DJ berceloteh.


"Kau kene sabar. Allah sayang dengan orang yang sabar"


Mata berair dan tergelak. "Kau janganlah cakap macam tu. Kan aku dah menangis" Dan kami sama-sama tergelak.


Dunia. Terkadang, terasa hendak berputus asa. Terkadang, terasa seperti ingin lelah dan terbaring di situ tanpa meneruskan perjalanan. Hanya ingin menanti dan terus menanti saat dipanggil. Terkadang, terlalu menyesakkan untuk meneruskan kehidupan ini.


Dunia. Dihadirkan bukanlah untuk diraih keuntungan harta yang melimpah ruah tetapi mempergunakan segalanya untuk meraih keredhaan Allah.


"Banyak-banyaklah berdoa. Kita tak tahu rezeki apa yang DIA akan bagi. Kita doa kita nak bahagia tapi sebenarnya kita nakkan ketenangan. Apa yang kita nak, DIA lebih Maha Memahami"


Terkadang, memang betul kita selalu menyangka kita tahu apa sebenarnya yang kita nak, tapi sebenarnya kita hanya menipu diri kita. Sungguh, hanya DIA lah yang Maha Memahami lagi Maha Mengetahui, DIA tahu apa yang kita perlukan sebenarnya.


"Sebenarnya, tiada siapa pun yang faham dengan kita, malah, diri kita sendiri pun tak faham diri sendiri. Yang faham, hanyalah Allah swt"


Semua manusia punya masalah. Tapi, apa yang membezakan mereka dan kita adalah cara kita menyampaikan kita sedang dalam masalah. Terkadang, manusia mengharap kita memahami dia sedangkan kita pula sangkakan apa yang kita buat itu sudah sesuai dengan sangkaan kita memahami dia.


Dunia. Sungguh, di sinilah tempat kita menerima latihan. Yang terkadang jatuh dan terjatuh, bangun dan berjalan.


"Akak, akak nak tahu tak satu cerita. Sepanjang hujung minggu lepas, saya jaga seorang sahabat yang sakit. Dia sedang diuji dengan ujian yang sangat berat. Sehingga dia pernah menjadikan Allah sebagai musuh. Membenci setiap orang islam dan syiarNYA. Tapi akak nak tahu, apa yang dia cakap kat saya, dia cakap semua ini kerana Allah nak tengok sejauh mana mujahadah dia untuk dapakan ilmu Allah, dan Allah nak tarbiyah dia bagaimana nak dapatkan keikhlasan menjadi hamba Allah untuk pergi ke sana. Sudah enam tahun dia membilang hari bila sakitnya akan sembuh dan terkadang berputus asa. Saya sangat-sangat tersentuh dengan keadaan dia. Setiap kali saya jumpa dia, mesti saya teringat kat akak..Dua insan yang saya kenal yang diuji dengan ujian yang sangat berat"


Tiba-tiba, air mata itu menitis. Dan bibir hanya mampu mengukir senyuman. Memang, tubuh ini pinjamanNYA untuk DIA menguji kelekaan dan kelalaian kita seberapa jauh. Maka ianya menyentap dan tersentap, lalu kita terkedu, dan kemudian kembali semula kepadaNYA.


Tipulah manusia itu apabila dia menyangkakan bahawa dia sedang dalam kebahagiaan yang berkekalan. Tiada yang kekal di dunia ini. Semuanya hanyalah ujian yang menjadikan kita terus "sedar diri" bahawa kita adalah hambaNYA yang meminjam segala nikmat sebagai penentu syurga atau neraka.


Manusia benar-benar tertipu apabila dia menyangka apa yang dia miliki itu adalah haknya, sedangkan DIA menyediakan untuk kita berfikir dan kemudian mengharapkan pertolonganNYA. Sungguh, manusia sering kali terlupa dan terleka dengan barang pinjamanNYA.


"Kita hidup kejap je. Tapi manusia selalu buat-buat dunia ni macam tempat lama dia bermain-main. Kita tetap akan kembali ke sisiNYA."


Terkadang ada manusia menganggap kata-kata nasihat itu hanya orang yang sempurna untuk menuturkannya. Sering kali manusia mempersoalkan penuturnya yang terkadang terlupa dan pelupa akan segala kata-katanya. Manusia barangkali lupa bahawa kata-kata yang hadir itu adalah atas izinNYA yang mana DIA lah penggerak bibir manusia itu. Dan bukanlah kata-kata itu sebagai diri penutur yang sempurna.


"Saya tetap perlukan manusia sekeliling untuk mengingatkan saya. Saya ni manusia biasa."


Sungguh, dunia akhir zaman yang sangat melelahkan, manusia lebih menggunakan kata-kata perasaan dari hujah dan dalil dariNYA dan Rasul. Maka semuanya hanyalah berkisar perasaan.


Inilah dunia. Yang mana sebentar lagi kita sedang meniti alam akhirat. Hanya sebentar sahaja lagi......


Wahai anak, tidurlah di bawah aliran takdir, berbantal dengan kesabaran, setujuilah takdir, dan beribadah dengan menunggu kelapangan." 
~Sheikh Abdul Qadir Jailani~

Monday, 17 September 2012

Kita sedang kelalaian



Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


"Lamanya saya tak kene brainwash dengan akak" seorang adik mula bersuara setelah lama aku menyepi, menyibukkan diri dengan urusan yang tidak pernah putus. Sungguh, kata-katanya membuatkan aku yang kelelahan terkejar-kejar, terdiam, terhenti dan kemudian tersenyum. Sungguh, aku telah lama meninggalkan masa-masa untuk aku duduk bersendirian dan memikirkan di mana kini tahap imanku. Sungguh, aku kini dalam kelalaian. Allahu Rabbi.


Earphone telah disuakan ke lubang telinga, dan tangan menekan surah pilihanku sambil hati cuba untuk mengulang-ulang bacaan. Maka sungguh, hati ini sedang kerinduan manusia-manusia yang suatu masa dahulu acap kali mengingatkan aku padaNYA. Sungguh, aku sedang kerinduan manusia yang tidak pernah putus untuk mengembalikan aku kepada titik di mana aku bermula. Sungguh, aku dalam kelalaian dan kealpaan.


Meneliti news feed, dan mata tertacap pada satu gambar, dan hati sungguh, luluh apabila diingatkan dengan peringatan sedemikian.




Allahu Rabbi..

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [3:31]

Sungguh, kita dah terlalu lama terlupa dan terlalu lupa akan insan mulia ini. Bukanlah bermakna kita mengingatinya dengan hanya sekadar cukup berselawat sahaja, tetapi, fikirkanlah bagaimana pengorbanan baginda kepada kita. 


Sungguh, bagaimana kita boleh begitu yakin mengatakan bahawa kita sudah benar-benar kasih dan cinta kepada baginda s.a.w sedangkan sunnahnya amatlah jarang kita lakukan.


Sungguh, bagaimana kita boleh terlalu yakin atas ayat kenyataan kita sendiri sedangkan pembuktian kita masih lagi tipis dan menipis untuk kita terlalu yakin dalam meyakini kata-kata kita sendiri.


Sungguh, bagaimanakah tingkatan iman kita sedangkan kita masih lagi berpeleseran untuk berpenampilan indah di khalayak ramai tetapi bukan di hadapan Allah dan Rasul.


"Kak, layakkah adik ke syurgaNYA?"


Terdiam dan mendiamkan diri. Berfikir.


"Jangan ditanyakan layakkah atau tidak untuk ke syurgaNYA, tapi fikirkan layakkah atau tidak kita menjadi hambaNYA"


Kita adalah hamba yang selalu dan teramat suka memikirkan ganjaran, dari memikirkan siapa kita sebenarnya.


"Yelah, adik tahulah siapa diri adik ni"


Dan kita akan kembali dan acap kali memikirkan diri kita yang banyak melakukan kesilapan dan kesalahan kepadaNYA, maka berterusanlah kita untuk melakukan taubat. Janganlah kita sama sekali memikirkan diri yang sudah cukup atau belum untuk beribadat secara lahiriah tetapi fikirkan sama ada kita sudah redha atau tidak atas setiap ketetapanNYA.


"Sungguh, akak sangat merindui manusia-manusia yang acap kali datang dan hadir untuk mengingatkan akak kepadaNYA, bukan hanya dengan berkata-kata nasihat, tetapi melalui tingkah-lakunya, melalui percakapannya, dan melalui pengalaman hidupnya. Akak sangat merinduinya"


Tersenyum, dan pandangan dilemparkan ke arah pemandangan yang terbentang. Bertasbih memujiNYA. Sungguh, manusia itu kini sedang berpergian dariku, seorang demi seorang, pergi dengan tugasan, atau....mendapat jemputanNYA.


Bukanlah terasa lemah, cuma sahaja hati itu terasa cemburu dengan bahagian mereka yang sedang merangkak dan berlari untuk datang dan kembali kepadaNYA semula sedangkan aku masih lagi berdiri, terdiam dan berfikir, di mana langkah aku yang sepatutnya.


Allahu Rabbi. Aku sedang kelalaian dan aku hanya mengharapkan kehadiran manusia yang akan sentiasa mengingatkan aku kepadaMU.


"Haaaa, nanti masukkanlah pulak tentang saya"


Menggaru kepala, "Nak masukkan tentang apa?"


"Kata-kata saya yang tak berfaedah ni" Tergelak.


"Mana ada tak berfaedah. Awak banyak ketuk kepala saya"


"Ketuk? Saya rasa saya tak bagi apa-apa"


Aku hanya tersenyum. "Terkadang, kita rasa tak bagi apa-apa, tapi orang yang dengar atau menerimanya, dia lihat lain. Setiap yang diizinkan oleh Allah itu pasti ada pelajaranNYA"


Dan aku hanya mengharapkan manusia yang hadir itu akan membuatkan aku sentiasa berfikir, siapa aku sebenarnya. Hanyalah seorang hamba yang sedang berjalan di BumiNYA, sampai masa, aku tetap akan kembali kepadaNYA.


Wahai anak, tidurlah di bawah aliran takdir, berbantal dengan kesabaran, setujuilah takdir, dan beribadah dengan menunggu kelapangan." 
~Sheikh Abdul Qadir Jailani~

Wednesday, 5 September 2012

Suatu terapi yang mendamaikan...


 Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Terasa berat memikirkan sesuatu. Terasa hati hiba memikirkan sesuatu. Kesan-kesan tompokan jernih di tubir matanya masih lagi kelihatan, menjadikan matanya terpisat-pisat mengesat air mata itu. Tangannya menguak sehelai demi sehelai sebuah buku, Terapi Duka~Dr Aidh Abdullah al-Qarni.


Sehelai demi sehelai. Dan akhirnya terpaku pada satu hadith.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w bersabda:-

Hak Muslim atas Muslim lainnya ada enam,

Apabila bertemu orang muslim maka ucapkanlah salam.
Apabila mengundang, kamu datanglah.
Apabila meminta nasihat padamu, nasihatilah.
Apabila bersin membaca Al Hamdulillah, hak kamu katakan padanya Yarhamkallah…
Apabila sakit, ziarahilah.
Apabila kematian takziahlah.
(Riwayat Muslim)

Sungguh, setiap manusia itu memerlukan nasihat untuk sentiasa memperbaiki langkah. Sungguh, kata-kata nasihat yang baik itu sering sama sekali mengusik hati orang-orang yang beriman.

Berkata Saidina Umar al-Khattab, sungguh, orang yang berakal itu adalah orang yang menerima nasihat dan meminta untuk dinasihati.

Tiba-tiba bunyi telefon bimbit memecahkan ratapan kesedihan di pagi hari.

Siti Aisyah R.A bertanya kepada Rasul S.a.w, Bolehkah seseorang mencapai darjat syahid tanpa mati dalam jihad fi sabilillah? Rasulullah s.a.w menjawab, BOLEH. Bacalah atau ingat akan mati 25 kali sehari

Terkesima dan terkedu atas titipan hadithnya.


"Syukran jiddan ya ukhti atas titipan hadithnya. Sungguh, pesanan baginda itu benar-benar menggetarkan hati ana. Jazakillah"


Dan lagi..

"Kebahagiaan akhirat hanya dicapai dengan TAQWA, menjauhi kehendak nafsu dan keinginan dunia lantas mendekati akhirat dan menyerah diri kepada Allah" (Imam al-Ghazali)

Maka hati itu rapuh terduduk. Dan aku hanya sujud kesyukuran atas setiap kata-kata nasihat yang ku terima di pagi hari yang mendamaikan.


Manusia itu memang benar dijadikan untuk perlu sering menerima kata-kata nasihat kerana kita diciptakan fitrahnya adalah seorang pelupa.


"Tulah, kak, tapi ada orang, bila kita bagi nasihat cakap kita wat pandai. Cakap kita berceramah. Sabo jolah"


Tersenyum membaca titipan kata-kata balasannya. "Sebab tu kita jangan nasihat kerana niat kita yang lebih tahu, tapi kita nasihat sebab kita nak membawa dia bersama dengan kita ke mardhatillah, keredhaan Allah. Maka, nasihatlah dengan kata-kata yang lembut kerana kata-kata yang baik itu adalah satu sedekah juga"


Tersenyum.


Telinga telah disuakan dengan earphone dan aku mendengar lagu dari Edcoustic, Aku Ingin Mencintai-MU. Mendamaikan dan akhirnya fikiran ku larut pada satu kata-kata dari salah satu antara beribu titipan di dalam Terapi Duka.

"Orang mukmin juga akan terhibur dengan warna kehidupan yang dicorakkan oleh Allah. Hatinya sentiasa berbaik sangka terhadap Allah hingga melenyapkan semua resah. Apabila diberi nikmat mereka terhibur lalu bersyukur. Bahkan, apabila dicuba dengan kesusahan, mereka turut terhibur lalu bersabar"

Tersenyum dan aku berbahagia dengan nasihat yang hadir di dalam kehidupanku.

"Bersedih dan menyesali masa lalu adalah tindakan bodoh, kerana bersedih ataupun tidak, masa yang berlalu itu tidak akan kembali dan tidak juga berubah. Menyesalinya hanya akan membunuh semangat, memusnah tekad dan menguburkan masa depan yang belum terjadi."
 
Mak jadikanlah kehidupan itu sebagai sebuah perjalanan yang indah dengan melakukan kebaikan walaupun di penglihatan mata kasar manusia, kita sedang berduka, maka hiburkanlah hati kita dengan bergembira akan tarbiyahNYA. Sungguh, kita adalah hambaNYA yang diciptakan olehNYA untukNYA, Allah swt.


Semoga kita sentiasa nasihat menasihati menuju bersama ke mardhatillah. In sha Allah.


Wahai anak, tidurlah di bawah aliran takdir, berbantal dengan kesabaran, setujuilah takdir, dan beribadah dengan menunggu kelapangan." 
~Sheikh Abdul Qadir Jailani~

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Aishah r.a.hu telah bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w.:”Adakah diantara pengikut-pengikutmu yang akan memasuki syurga tanpa perhitungan?”Nabi Muhammad s.a.w. menjawab:”Ya, dia ialah orang yang banyak menangis menyesali segla dosa-dosanya yang telah ia lakukan.”